Kita menyimpulkan bahwa karena tingkat pendidikan, karena bakat dan
kapasitas pribadi, maka Pak A mampu menjadi direktur, sementara Pak B
hanya mampu menjadi sopirnya.
Kalau misalnya saya seorang yang
sangat berkuasa, dan memerintahkan agar Pak Direktur mulai hari ini
menjadi sopir dan Pak Sopir menjadi direktur, maka Pak A mungkin berkata
begini: “Bukan saya tidak mampu, tapi saya tidak mau”.
Kita
menyimpulkan bahwa menjadi sopir atau buruh kecil apapun itu gampang,
sehingga sangat tidak menyulitkan pak direktur, pak menteri atau pak
komisaris untuk melakukannya.
Mereka sangat mampu, tapi seumur
hidup tak akan pernah mau, sehingga akhirnya ketidak-mauan itu
sesungguhnya adalah juga ketidak-mampuan.
Saya sendiri pasti tidak
mampu bekerja sebagai pembantu rumahtangga: seharian bekerja, mencuci,
memasak, siap disuruh apa saja, rela dibangunkan jam berapapun untuk
memenuhi keperluan juragan.
Maka bukan saja para pembantu rumah
tangga itu tidak kalah unggul atau tidak lebih rendah dibanding saya.
Saya malah curiga saya yang kalah unggul dibanding para pembantu
rumahtangga. Mereka tiap saat menjamin keberesan dan kegembiraan
rumahtangga saya, sedangkan saya tidak pernah bertanya apa bunyi
perasaan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar